Hari ini hari apa sih kenapa selalu ada saja yang menggangguku. Salah kalo kita marah ketika hasil karya kita yang sudah susah payah kita buat dijiplak oleh orang lain. Dengan tawanya mereka bisa merasa bangga dengan perbuatannya. Padahal yang dia lakukan menyakiti orang lain. Mungkin ini salah satu bagian hidup yang melatih kesabaran kita.
Saat diacuhkan oleh orang lain apa kamu tidak merasa sakit hati???
APA SIH SABAR ITU???
Bismillahirahmanirahim
kawanku semua yang dirahmati
Allah,bicara dengan yang namanya sabar, apa itu sabar? kenapa harus
bersabar? sebuah kata yang tak asing ditelinga kita, banyak orang
yangtidak sabar saat musibah menimpanya, mereka bilang Sabar itu ada
batasnya, ini adalah pemahaman yang sangat fatal. Dengan pemahaman
seperti ini akan menyebabkan hati menjadi rapuh tidak akan tegar
menerima segala ujian atau musibah dari Allah, yang akhirnya
mengakibatkan batin menjadi “merana” banyak orang yang lepas kontrol
dengan dalih “ sabar itu ada batasnya.”
Sesungguhnya sabar itu
adalah perintah Allah swt, dengan demikian tidak akan ada batasnya. Ini
sama saja halnya dengan shalat lima waktu, hanya bedannya, bila sholat
dilakukan pada waktu-waktu tertentu sedangkan sabar dilakukan pada saat
awal tertinpa musibah. Sedangkan musibah itu selama kita hidup tidak
pernah akan berhenti
Seperti yang tertera dalam firman Allah berikut ini:
Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai
perhiasan bagi manusia, agar kamu menguji mereka siapakah di antara
mereka yang terbaik perbuatannya. (Al-Kahfi (18):7)
Apakah
manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan : “ kami
telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?(Al-Ankabuut (29):2)
sebuah kisah tentang memaknai kesbaran….
Prof. Dr. Khalid al-Jubair penasehat spesialis bedah jantung dan urat
nadi di rumah sakit al-Malik Khalid di Riyadh mengisahkan sebuah kisah
pada sebuah seminar dengan tajuk Asbab Mansiah (Sebab-Sebab Yang
Terlupakan). Mari sejenak kita merenung bersama, karena dalam kisah
tersebut ada nasihat dan pelajaran yang sangat berharga bagi kita.
Sang dokter berkata:
Pada suatu hari -hari Selasa- aku melakukan operasi pada seorang anak
berusia 2,5 tahun. Pada hari Rabu, anak tersebut berada di ruang ICU
dalam keadaan segar dan sehat.
Pada hari Kamis pukul 11:15 -aku
tidak melupakan waktu ini karena pentingnya kejadian tersebut- tiba-tiba
salah seorang perawat mengabariku bahwa jantung dan pernafasan anak
tersebut berhenti bekerja. Maka akupun pergi dengan cepat kepada anak
tersebut, kemudian aku lakukan proses kejut jantung yang berlangsung
selama 45 menit. Selama itu jantungnya tidak berfungsi, namun setelah
itu Allah Subhanaahu wa Ta`ala menentukan agar jantungnya kembali
berfungsi. Kamipun memuji Allah Subhanaahu wa Ta`ala .
Kemudian
aku pergi untuk mengabarkan keadaannya kepada keluarganya, sebagaimana
anda ketahui betapa sulit mengabarkan keadaan kepada keluarganya jika
ternyata keadaannya buruk. Ini adalah hal tersulit yang harus dihadapi
oleh seorang dokter. Akan tetapi ini adalah sebuah keharusan. Akupun
bertanya tentang ayah si anak, tapi aku tidak mendapatinya. Aku hanya
mendapati ibunya, lalu aku katakan kepadanya: “Penyebab berhentinya
jantung putramu dari fungsinya adalah akibat pendarahan yang ada pada
pangkal tenggorokan dan kami tidak mengetahui penyebabnya. Aku kira
otaknya telah mati.”
Coba tebak, kira-kira apa jawaban ibu tersebut?
Apakah dia berteriak? Apakah dia histeris? Apakah dia berkata: “Engkaulah penyebabnya!”
Dia tidak berbicara apapun dari semua itu bahkan dia berkata: “Alhamdulillah.” Kemudian dia meninggalkanku dan pergi.
Sepuluh hari berlalu, mulailah sang anak bergerak-gerak. Kamipun memuji
Allah Subhanaahu wa Ta`ala serta menyampaikan kabar gembira sebuah
kebaikan yaitu bahwa keadaan otaknya telah berfungsi.
Pada hari
ke-12, jantungnya kembali berhenti bekerja disebabkan oleh pendarahan
tersebut. Kami pun melakukan proses kejut jantung selama 45 menit, dan
jantungnya tidak bergerak. Maka akupun mengatakan kepada ibunya: “Kali
ini menurutku tidak ada harapan lagi.” Maka dia berkata: “Alhamdulillah,
ya Allah jika dalam kesembuhannya ada kebaikan, maka sembuhkanlah dia
wahai Rabbi.”
Maka dengan memuji Allah, jantungnya kembali
berfungsi, akan tetapi setelah itu jantung kembali berhenti sampai 6
kali hingga dengan ketentuan Allah Subhanaahu wa Ta`ala spesialis THT
berhasil menghentikan pendarahan tersebut, dan jantungnya kembali
berfungsi.
Berlalulah sekarang 3,5 bulan, dan anak tersebut dalam
keadaan koma, tidak bergerak. Kemudian setiap kali dia mulai bergerak
dia terkena semacam pembengkakan bernanah aneh yang besar di kepalanya,
yang aku belum pernah melihat semisalnya. Maka kami katakan kepada sang
ibu bahwa putra anda akan meninggal. Jika dia bisa selamat dari
kegagalan jantung yang berulang-ulang, maka dia tidak akan bisa selamat
dengan adanya semacam pembengkakan di kepalanya. Maka sang ibu berkata:
“Alhamdilillah.” Kemudian meninggalkanku dan pergi. Setelah itu, kami
melakukan usaha untuk merubah keadaan segera dengan melakukan operasi
otak dan urat syaraf serta berusaha untuk menyembuhkan sang anak. Tiga
minggu kemudian, dengan karunia Allah Subhanaahu wa Ta`ala , dia
tersembuhkan dari pembengkakan tersebut, akan tetapi dia belum bergerak.
Dua minggu kemudian, darahnya terkena racun aneh yang menjadikan
suhunya 41,2oC. maka kukatakan kepada sang ibu: “Sesungguhnya otak putra
ibu berada dalam bahaya besar, saya kira tidak ada harapan sembuh.”
Maka dia berkata dengan penuh kesabaran dan keyakinan: “Alhamdulillah,
ya Allah, jika pada kesembuhannya terdapat kebaikan, maka sembuhkanlah
dia.”
Setelah aku kabarkan kepada ibu anak tersebut tentang
keadaan putranya yang terbaring di atas ranjang nomor 5, aku pergi ke
pasien lain yang terbaring di ranjang nomor 6 untuk menganalisanya.
Tiba-tiba ibu pasien nomor 6 tersebut menagis histeris seraya berkata:
“Wahai dokter, kemari, wahai dokter suhu badannya 37,6o, dia akan mati,
dia akan mati.” Maka kukatakan kepadanya dengan penuh heran: “Lihatlah
ibu anak yang terbaring di ranjang no 5, suhu badannya 41o lebih
sementara dia bersabar dan memuji Allah.” Maka berkatalah ibu pasien no.
6 tentang ibu tersebut: “Wanita itu tidak waras dan tidak sadar.”
Maka aku mengingat sebuah hadits Rasulullah Sholallohu `alaihi wa sallam yang indah lagi agung:
(طُوْبَى لِلْغُرَبَاِء) “Beruntunglah orang-orang yang asing.” Sebuah
kalimat yang terdiri dari dua kata, akan tetapi keduanya menggoncangkan
ummat. Selama 23 tahun bekerja di rumah sakit aku belum pernah melihat
dalam hidupku orang sabar seperti ibu ini kecuali dua orang saja.
Selang beberapa waktu setelah itu ia mengalami gagal ginjal, maka kami
katakan kepada sang ibu: “Tidak ada harapan kali ini, dia tidak akan
selamat.” Maka dia menjawab dengan sabar dan bertawakkal kepada Allah:
“Alhamdulillah.” Seraya meninggalkanku seperti biasa dan pergi.
Sekarang kami memasuki minggu terakhir dari bulan keempat, dan anak
tersebut telah tersembuhkan dari keracunan. Kemudian saat memasuki pada
bulan kelima, dia terserang penyakit aneh yang aku belum pernah
melihatnya selama hidupku, radang ganas pada selaput pembungkus jantung
di sekitar dada yang mencakup tulang-tulang dada dan seluruh daerah di
sekitarnya. Dimana keadaan ini memaksaku untuk membuka dadanya dan
terpaksa menjadikan jantungnya dalam keadaan terbuka. Sekiranya kami
mengganti alat bantu, anda akan melihat jantungnya berdenyut di hadapan
anda..
Saat kondisi anak tersebut sampai pada tingkatan ini aku
berkata kepada sang ibu: “Sudah, yang ini tidak mungkin disembuhkan
lagi, aku tidak berharap. Keadaannya semakin gawat.” Diapun berkata:
“Alhamdulillah.” Sebagaimana kebiasaannya, tanpa berkata apapun
selainnya.
Kemudian berlalulah 6,5 bulan, anak tersebut keluar
dari ruang operasi dalam keadaan tidak berbicara, melihat, mendengar,
bergerak dan tertawa. Sementara dadanya dalam keadaan terbuka yang
memungkinkan bagi anda untuk melihat jantungnya berdenyut di hadapan
anda, dan ibunyalah yang membantu mengganti alat-alat bantu di jantung
putranya dengan penuh sabar dan berharap pahala.
Apakah anda tahu apa yang terjadi setelah itu?
Sebelum kukabarkan kepada anda, apakah yang anda kira dari keselamatan
anak tersebut yang telah melalui segala macam ujian berat, hal gawat,
rasa sakit dan beberapa penyakit yang aneh dan kompleks? Menurut anda
kira-kira apa yang akan dilakukan oleh sang ibu yang sabar terhadap sang
putra di hadapannya yang berada di ambang kubur itu? Kondisi yang dia
tidak punya kuasa apa-apa kecuali hanya berdo’a, dan merendahkan diri
kepada Allah Subhanaahu wa Ta`ala ?
Tahukah anda apa yang terjadi
terhadap anak yang mungkin bagi anda untuk melihat jantungnya berdenyut
di hadapan anda 2,5 bulan kemudian?
Anak tersebut telah sembuh
sempurna dengan rahmat Allah Subhanaahu wa Ta`ala sebagai balasan bagi
sang ibu yang shalihah tersebut. Sekarang anak tersebut telah berlari
dan dapat menyalip ibunya dengan kedua kakinya, seakan-akan tidak ada
sesuatupun yang pernah menimpanya. Dia telah kembali seperti sedia kala,
dalam keadaan sembuh dan sehat.
Kisah ini tidaklah berhenti
sampai di sini, apa yang membuatku menangis bukanlah ini, yang membuatku
menangis adalah apa yang terjadi kemudian:
Satu setengah tahun
setelah anak tersebut keluar dari rumah sakit, salah seorang kawan di
bagian operasi mengabarkan kepadaku bahwa ada seorang laki-laki berserta
istri bersama dua orang anak ingin melihat anda. Maka kukatakan
kepadanya: “Siapakah mereka?” Dia menjawab, “tidak mengenal mereka.”
Akupun pergi untuk melihat mereka, ternyata mereka adalah ayah dan ibu
dari anak yang dulu kami operasi. Umurnya sekarang 5 tahun seperti bunga
dalam keadaan sehat, seakan-akan tidak pernah terkena apapun, dan juga
bersama mereka seorang bayi berumur 4 bulan.
Aku menyambut
mereka, dan bertanya kepada sang ayah dengan canda tentang bayi baru
yang digendong oleh ibunya, apakah dia anak yang ke-13 atau 14? Diapun
melihat kepadaku dengan senyuman aneh, kemudian dia berkata: “Ini adalah
anak yang kedua, sedang anak pertama adalah anak yang dulu anda
operasi, dia adalah anak pertama yang datang kepada kami setelah 17
tahun mandul. Setelah kami diberi rizki dengannya, dia tertimpa penyakit
seperti yang telah anda ketahui sendiri.”
Aku tidak mampu
menguasai jiwaku, kedua mataku penuh dengan air mata. Tanpa sadar aku
menyeret laki-laki tersebut dengan tangannya kemudian aku masukkan ke
dalam ruanganku dan bertanya tentang istrinya. Kukatakan kepadanya:
“Siapakah istrimu yang mampu bersabar dengan penuh kesabaran atas
putranya yang baru datang setelah 17 tahun mandul? Haruslah hatinya
bukan hati yang gersang, bahkan hati yang subur dengan keimanan terhadap
Allah Subhanaahu wa Ta`ala .”
Tahukah anda apa yang dia katakan?
Diamlah bersamaku wahai saudara-saudariku, terutama kepada anda wahai
saudari-saudari yang mulia, cukuplah anda bisa berbangga pada zaman ini
ada seorang wanita muslimah yang seperti dia.
Sang suami berkata:
“Aku menikahi wanita tersebut 19 tahun yang lalu, sejak masa itu dia
tidak pernah meninggalkan shalat malam kecuali dengan udzur syar’i. Aku
tidak pernah menyaksikannya berghibah (menggunjing), namimah (adu
domba), tidak juga dusta. Jika aku keluar dari rumah atau aku pulang ke
rumah, dia membukakan pintu untukku, mendo’akanku, menyambutku, serta
melakukan tugas-tugasnya dengan segenap kecintaan, tanggung jawab,
akhlak dan kasih sayang.”
Sang suami menyempurnakan ceritanya
dengan berkata: “Wahai dokter, dengan segenap akhlak dan kasih sayang
yang dia berikan kepadaku, aku tidak mampu untuk membuka satu mataku
terhadapnya karena malu.” Maka kukatakan kepadanya: “Wanita seperti dia
berhak mendapatkan perlakuan darimu seperti itu.” Kisah selesai.
Kukatakan:
Saudara-saudariku, kadang anda terheran-heran dengan kisah tersebut,
yaitu terheran-heran terhadap kesabaran wanita tersebut, akan tetapi
ketahuilah bahwa beriman kepada Allah Subhanaahu wa Ta`ala dengan
segenap keimanan dan tawakkal kepada-Nya dengan sepenuhnya, serta
beramal shalih adalah perkara yang mengokohkan seorang muslim saat dalam
kesusahan, dan ujian. Kesabaran yang demikian adalah sebuah taufik dan
rahmat dari Allah Subhanaahu wa Ta`ala .
Allah Subhanaahu wa Ta`ala berfirman:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu)
orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna
lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka itulah yang mendapat
keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah
orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 155-157)
Nabi Sholallohu `alaihi wa sallam bersabda:
“Tidaklah menimpa seorang muslim dari keletihan, sakit, kecemasan,
kesedihan tidak juga gangguan dan kesusahan, hingga duri yang
menusuknya, kecuali dengannya Allah Subhanaahu wa Ta`ala akan menghapus
kesalahan-kesalahannya.” (HR. al-Bukhari (5/2137))
Maka, wahai
saudara-saudariku, mintalah pertolongan kepada Allah Subhanaahu wa
Ta`ala , minta dan berdo’alah hanya kepada Allah Subhanaahu wa Ta`ala
terhadap berbagai kebutuhan anda sekalian.
Bersandarlah
kepada-Nya dalam keadaan senang dan susah. Sesungguhnya Dia Subhanaahu
wa Ta`ala adalah sebaik-baik pelindung dan penolong.
Mudah-mudahan Allah Subhanaahu wa Ta`ala membalas anda sekalian dengan
kebaikan, serta janganlah melupakan kami dari do’a-do’a kalian.
“Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami
dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu).” (QS. Al-A’raf: 126)
nah kawan, apa yang bisa dipetik dari kisah diatas…
APAKAH KAMU AKAN TETAP BILANG JIKA SABAR ITU ADA BATASNYA?
kawan, Mungkin selama ini masih saja kita memperhitungkan tingkatan
kesabaran yang kita miliki atas ujian yang menimpa kita. Kita masih
acapkali berkeluh kesah dan mempersempit hati kita, menganggap bahwa
hati ini memiliki kapasitas kesabaran tertentu. Hanya saja kita sedikit
kurang sabar padahal mungkin saja kita hampir melewati ujian tersebut.
Apakah kita sudah cukup bersabar atas ujian yang menimpa kita? Atau
hanya sekedar perkataan sabar yang terucap dari lisan sedangkan hati
berbicara lain. Meski demikian kita selalu berharap agar kita termasuk
orang-orang yang bersabar dan memohon untuk lebih dikuatkan melewati
rintangan yang mengganggu keimanan kita.coba renungkan sejenak….
KAWANKU SEMUA YANG BAIK, Sabar itu tidak hanya di lakukan ketika
menerima musibah saja namun juga harus di lakukan pada waktu diberikan
kesenangan. Karena ujian Allah itu tidak hanya terdapat dalam kesusahan
saja, namun terdapat juga dalam kesenangan, kebanyakan orang justru
lalai menjalankan sabar bila di beri kesenangan.
Coba renungkan firman Allah berikut:
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (
Al-Bawarah(2)”153)
Firman Allah Ta’ala dalam hadist Qudsi:
Jika
sebuah cobaan menimpamu, mintalah pertolongan kepadaKu dengan membaca
Laa haula walaa quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adzim. Jika engkau
sakit, sembuhkanlah dengan sedekah. Jika engkau tertimpa musibah,
katakanlah Inna lillahi wa inna ilaihi raji’uun.
lalu ada yang bilang “sabar itu tidak ada batasnya. tapi nafsulah yang membatasinya ? itu bagaimana ?
sahabatku yang aku sayangi karena Allah.
Perangilah hawa nafsu kalian, sebagaimana kalian memerangi musuh-musuh kalian.
Sesuai dengan perjuangan jiwa seseorang dan penolakannya terhadap
syahwatnya serta penolakannya untuk mengikuti kesenangannya (yang
diharamkan), dan penolakan atas apa yang menjadikan mata berkeinginan
memandangnya, maka disitulah terletak pahala dan siksaan.
Orang yang bijak adalah yang dapat menguasai hawa nafsunya.
Janganlah sekali-kali engkau menuruti nafsumu, dan jadikanlah yang
membantumu untuk menghindar darinya adalah pengetahuanmu, bahwasannya ia
berupaya mengalihkan perhatian akalmu, mengacaukan pendapatmu,
mencemarkan kehormatanmu, memalingkan kebanyakan urusanmu, dan
memberatkanmu dengan akibat yang akan di tanggung di akhirat.
Sesungguhnya nafsu adalah permainan. Maka, jika datang permainan,
menghilanglah kesungguhan. Padahal, agama tidak akan pernah berdiri
tegak dan dunia tidak akan menjadi baik kecuali dengan kesungguhan.
Sesungguhnya saat engkau meninggalkan kebenaran, engkau pasti sedang
menuju kepada kebatilan, dan saat engkau meninggalkan sesuatu yang
benar, engkau meninggalkannya menuju kesalahan.
Orang yang baik
adalah yang mampu mengatur nafsunya sesuai keinginannya dan menolaknya
dari segala keburukan, sedangkan orang yang jahat adalah yang tidak
seperti itu.
Janganlah engkau menuruti nafsumu, dan kerjakanlah apa yang menurutmu baik.
Cegahlah nafsu yang bertentangan dengan akalmu, yaitu dengan menentang keinginanmu.
Sabar
Sabar adalah kunci kesenangan.
Sabar adalah benteng dari kefakiran.
Sabar adalah keberanian.
Kesudahan sabar adalah positif dan menyenangkan.
Sabar termasuk salah satu sebab kemenangan.
Sabar adalah kendaraan yang tidak akan menjatuhkan pengendaranya.
Menanggung kesombongan kehormatan, lebih berat daripada menanggung
kesombongan kekayaan, dan kehinaan kefakiran menghalangi seseorang dari
kesabaran, sebagaimana kebanggaan kekayaan mencegah seseorang dari
berbuat adil.
Menanggung beban adalah kuburan aib.
Sabar ada dua; yaitu sabar terhadap apa yang engkau benci, dan sabar terhadap apa yang engkau sukai.
Buanglah darimu segala kesusahan yang menimpamu dengan kesabaran yang teguh dan keyakinan yang baik.
Sesungguhnya di antara pembendaharaan kebajikan adalah sabar terhadap segala musibah dan menyembunyikan musibah itu.
Orang yang bersabar pasti akan meraih keberuntungan, meskipun itu diperoleh setelah waktu yang lama.
Bagi setiap bencana pasti ada batas yang berakhir padanya, sedangkan obatnya adalah sabar terhadapnya.
Kesabaran yang teguh akan memadamkan api nafsu.
Seandainya kesabaran berbentuk seorang laki-laki, pasti dia adalah seorang laki-laki yang saleh (baik).
Semoga dengan tingatan kesabaran ini dapat menepis segala alasan kita
untuk tidak berburuk sangka atas ketentuan Allah SWT dan bersabar atas
ujian yang menimpa kita.
Jadi kalau Anda MASIH bertanya kapan
batas dari sebuah kesabaran, jawaban saya adalah, ketika kita sudah
tidak bisa bersabar lagi yaitu ketika ruh sudah meninggalkan badannya….
BAGAIMANA DENGANMU KAWAN DALAM MEMAKNAI KESABARAN?
semoga selalu sabar.
SEMOGA BERMANFAAT
Hati - Hati dengan Hati