KINI KITA PUNYA PRESIDEN BARU
JOKO WIDODO
Kemarin tanggal 20 oktober 2013 presiden baru kita JOKO WIDODO menjalankan pelantikan di Istanah merdeka. Seperti karakteranya yang super baik dan bersikap apa adanya beliau bercerita kepada para teman-teman wartawan bahwa tadi pagi sebelum berangkat ke Istanah Merdeka. Beliau bercerita tadi pagi hanya sarapan secuil pisang goreng dan minum jamu.
Mungkin baru kali ini kita memiliki presiden yang tak pernah jaim dan apa adanya. Saat diwawancarai usai pelantikan bersama keluarganya, Jokowi lupa akan umur anak-anaknya. Lucu sekali bukan, dan anak-anak serta Ibu negara yang baru terlihat malu-malu saat menghadapi wartawan. Sebaiknya mulai saat ini keluarga Jokowi harus lebih terbiasa dalam menghadapi wartawan. karena sudah pasti mereka akan selalu menjadi sorotan seluruh rakyat. karena mereka adalah keluarga nomor satu dinegara Indonesia ini. sudah pasti kita menaruh harapan besar pada bapak presiden kita yang baru ini. agar Indonesia semakin maju dan tak tertinggal dari negara lainnya. Bukankah negara akan berjalan sesuai pemimpinnya. kita berharap Presiden baru kita akan bisa mengurangi segala bentuk korupsi di Indonesia ini, bahan pokok harganya stabil dan rakyat miskin hidup sejahtera.
Apakah kalian tahu siapa sih presiden kita ini????
nih aku kasih tahu siapa sih bapak JOKOWI itu......
Keberangkatan tim investigasi dalam rangka mencari jati diri Joko Widodo
yang sebenarnya sengaja dirahasiakan demi alasan keamanan anggota tim
dan mencegah antisipasi dari pihak – pihak yang berada di balik rekayasa
pembentukan citra palsu tentang Joko Widodo atau Jokowi.
Rekayasa pembentukan citra palsu terkait Jokowi sudah dilakukan
secara intensif sejak Jokowi menjabat walikota Solo tahun 2005 lalu.
Jokowi mendapat kompensasi besar dari pihak tertentu atas ‘bantuannya’
terhadap operasi pemberantasan ‘terorisme’ di Solo yang dilancarkan
secara rahasia oleh intelejen AS dan oknum intelijen Indonesia.
Solo atau Surakarta dijadikan sebagai pusat medan perang
pemberantasan terorisme oleh pihak intelijen AS semata – mata hanya
berdasarkan kesaksian Hambali, tokoh terorisme yang ditahan AS di
Guantanamo, saat dalam tekanan penyiksaan brutal pihak AS, menyebut
Pesantren Ngruki di bawah pimpinan Ustad Abu Bakar Baasyir sebagai pusat
terorisme Indonesia. Jokowi sebagai walikota Solo berperan membantu
misi intelijen AS tersebut.
Pada tahun 2008, Jenderal Luhut Panjaitan sepakat ‘bermitra usaha’
dengan Jokowi melalui patungan pendirian PT Rakabu Sejahtera. Luhut
selaku pemegang saham minoritas menyetor modal Rp. 15.5 miliar dan
Gibran Rakabuming (anak tertua Jokowi, berusia 20 tahun pada 2008 lalu)
menyetor Rp. 16.2 miliar. Luhut masuk sebagai pemegang saham di
perusahaan milik Jokowi itu melalui PT. Toba Sejahtera, Induk grup usaha
milik Luhut. Apa hidden agenda Luhut Panjaitan mendekati Jokowi sejak 6
tahun lalu itu ? Nanti kami sampaikan temuan – temuan tim investigasi.
Begitu tiba di bandara Adi Soemarno Solo, tim langsung memesan taksi
menuju Bantaran Kali Pepe, Munggung, Manahan Solo yang selalu disebut –
sebut dalam daftar riwayat hidup Joko Widodo sebagai rumah pertama
keluarga Joko Widodo yang jadi korban penggusuran.
Perjalanan dari Bandara Adi Soemarno ke Bantaran Kali Pepe, Munggung
Manahan Solo sekitar 38 menit. Setiba di di Bantaran Kali Pepe, tim
langsung bertanya – tanya kepada warga setempat mengenai lokasi rumah
pertama Joko Widodo yang selalu dicantumkan di riwayat hidup Joko Widodo
menjadi korban penggusuran pertama oleh Pemda Surakarta. Dari belasan
warga Bantaran Kali Pepe, tidak seorang pun warga yang mengetahui lokasi
rumah pertama orang tua Joko Widodo. Bahkan semua warga di sana tidak
yakin keluarga Joko Widodo pernah bertempat di Bantaran Kali Pepe,
Manahan, Banjarsari, Surakarta.
Setelah hampir 1 jam bertanya – tanya, akhirnya tim investigasi
disarankan menjumpai seorang warga Bantaran Kali Pepe yang merupakan
teman kecil Iriana, istri Joko Widodo.
Yuli Susanto, itulah nama warga Bantaran Kali Pepe yang merupakan
teman masa kecil Iriana. Rumahnya tidak jauh, sekitar 200 meter dari
mulut gang jalan masuk menuju bantaran kali. Sampai rumah dimaksud, tim
disambut hangat oleh Pak Yuli dan istrinya. Anak – anak mereka sedang
berada di luar, mengikuti ibadah kebaktian Minggu.
Setelah memperkenalkan diri, tim langsung menanyakan kebenaran
informasi rumah pertama orang tua Jokowi yang disebutkan beralamat di
Bantaran Kali Pepe. Yuli Susanto, pria berusia hampir 50 tahun itu
mengatakan tidak benar orang tua Joko Widodo pernah tinggal di sekitar
Bantaran Kali Pepe. Yuli mengenal Joko Widodo selama puluhan tahun,
sejak Jokowi bersekolah dasar di SD 111 Tirtoyoso, Manahan, Solo.
Berdasarkan keterangan Yuli Susanto, orang tua Joko Widodo bertempat
tinggal di Jalan Ahmad Yani persis di depan Pool Bus Damri. Tetapi rumah
itu sekarang tidak lagi ditempati oleh keluarga Joko Widodo. Yuli
menambahkan, semasa kecil Joko Widodo selalu main di rumah paklek (adik
bapaknya) yang bernama Miyono, seorang pengusaha mebel yang rumahnya
juga berada persis di pinggir jalan Ahmad Yani. Miyono menjalankan
perusahaan mebelnya bernama CV Roda Jati.
Mengenai siapa kedua orang tua Jokowi, Yuli Susanto mengaku tidak
mengetahui persis. Tetapi dia mengaku kenal baik dengan keluarga istri
Jokowi, karena Iriana atau Ana adalah teman sebaya dan sepermainan. Ayah
kandung Iriana adalah seorang guru SMA. Iriana atau Ana memiliki 4
orang saudara, masing – masing bernama : Anik, Anto, Andi dan Anjas.
Mengenai kehidupan Joko Widodo semasa kecil, Yuli Susanto mengatakan
Jokowi adalah anak orang berada karena ayah dan pakleknya adalah
pengusaha mebel terkemuka di daerah itu. Jokowi sering datang bermain ke
rumah pamannya itu dengan bersepeda. Pada masa itu sepeda untuk anak –
anak adalah barang mewah dan hanya dimiliki oleh anak orang kaya saja.
Masa kecil Jokowi, memang jarang terlihat di sekitar rumahnya, dia
lebih suka bermain di sekitar rumah pakleknya (pamannya) di pertigaan
Jalan Ahmad Yani dan MT Haryono. Keengganan Jokowi kecil bergaul bersama
anak sebaya di sekitar rumahnya, karena dia kurang suka pada teman –
teman sebaya tetangganya yang selalu memanggilnya “Joko Klemer”.
Ejekan “Joko Klemer” diberikan teman – temannya karena penampilan
Jokowi yang kayak perempuan atau kebanci – bancian. Perilaku ‘agak
menyimpang’ dari Jokowi ini dapat dimaklumi karena semua adik Jokowi
adalah perempuan. Masing – masing bernama Iit Sriyanti, Hidayati dan
Titik Ritawati. Ketiga adik perempuannya ini menjadi teman seharian
Jokowi semasa kecil hingga remaja di Tirtoyoso, Manahan, Banjarsari,
Surakarta.
Karena ejekan “Joko Klemer” dari teman sebaya dan tetangganya itu,
Jokowi atau Mas Joko jarang sekali bergaul di lingkungan tempat
tinggalnya RT 03/14 dan lebih sering bermain di rumah Miyono pamannya di
Jalan Ahmad Yani persis simpang jalan MT Haryono, Surakarta (Solo).
Tim Investigasi mohon pamit pada Pak Yuli Susanto setelah berbincang –
bincang seputar diri Jokowi dan istrinya Iriana. Pak Yuli menawarkan
diri mengantar kami ke rumah Jokowi yang berjarak hanya ratusan meter
dari rumah Pak Yuli yang di gang bantaran kali Pepe, Munggung itu.
Tawaran itu ditolak halus oleh tim, keterangan dari Pak Yuli Susanto
sudah cukup jelas sebagai pedoman untuk mencari rumah Pak Widjiatno,
ayah kandung Joko Widodo. Pak Yuli sebelumnya juga sudah berbaik hati
menggambar denah lokasi rumah Widjiatno. Coretan itu disimpan tim,
sekedar berjaga – jaga untuk dipergunakan bilamana perlu.
Meski menolak tawaran Pak Yuli mengantar ke rumah asal muasal dan
tempat Joko Widodo dibesarkan, tim tak kuasa menampik ketika Yuli turut
mengantar tim menyusuri gang keluar dari pinggiran bantaran kali Pepe,
berbelok ke kiri hingga sampai di mulut gang simpang jalan Ahmad Yani.
Dari depan mulut gang bantaran kali Pepe itu, persis di seberang jalan
itu tampak rumah kediamanan Miyono, pengusaha Meubel pemilik CV Roda
Jati, paklek atau adik almarhum Widjiatno ayah kandung Joko Widodo.
Rumah Miyono terlihat menonjol dibandingkan rumah – rumah lain di
sekitarnya. Rumah berwarna krim itu sangat besar dan tertutup tembok
cukup tinggi yang menjadi penghalang pihak luar untuk melihat ke sisi
dalam rumah. Tim investigasi menyeberangi jalan Ahmad Yani untuk
mendekati rumah dan mengintip ke dalam halaman rumah yang cukup luas
itu. Terlihat 4 (empat) mobil mewah berada di garasi mobil yang dibangun
di sisi kanan halaman rumah.
Di sebelah kanan rumah itu, terdapat sebuah rumah yang dibatasi
tembok tunggal dan pagar yang sama model bentuk dan warna catnya dengan
rumah Miyono. Menurut pedagang warung kopi di seberang jalan depan rumah
Wiyono, pemilik rumah yang berdempetan dengan rumah besar Miyono itu,
juga adalah milik keluarga Miyono. Kemungkinan rumah itu milik anak
Miyono yang sudah berkeluarga, mengingat bentuk rumah, pagar dan catnya
semua sama dengan rumah Miyono. Rumah sebelah itu luasnya sekitar tiga
perempat luas rumah Miyono dan di depan rumah terpampang plank 1 x 1/2
meter bertulisan “Menjual Berbagai Jenis Oleh – Oleh Dari Tanah Suci –
Mekah”.
Tim investigasi mencoba menengok ke sisi dalam kedua rumah yang mirip
bentuk, model dan warna catnya itu. Sepi. Tidak terlihat seorang pun di
dalam ke dua rumah itu. Hanya jejeran mobil mewah parkir di garasi
halaman rumah. Menurut, penjual warung kopi di seberang jalan rumah,
sebulan terakhir ini penghuni rumah jarang terlihat di dalam rumah.
Hanya petugas pengamanan berseragam yang sesekali terlihat berada di
dalam pos penjagaan yang terletak di sisi kiri rumah utama, persis di
bagian depan dalam pintu masuk rumah.
Rencana tim investigasi masuk ke dalam rumah Miyono yang terletak
persis di pertigaan Jalan Ahmad Yani – MT Haryono itu kandas karena tak
seorang pun dapat dimohonkan izinnya dan tak terlihat tanda – tanda
penghuni bangunan besar yang cukup mewah itu ada di dalam rumah.
Dengan menumpang kembali taksi bandara yang masih setia menunggu,
dari depan rumah Miyono, tim bergerak meluncur ke rumah Widjiatno di
kawasan Tirtoyoso, Manahan. Sesuai petunjuk Pak Yuli, rumah itu berada
di sebelah kiri jalan Ahmad Yani. Setelah melewati dua pertigaan kecil,
tim investigas tiba di pertigaan jalan persis di depan Pool Bus Damri.
Tim meminta supir berbelok ke kiri jalan yang menuju ke arah stadion
Manahan Solo itu. Seratus meter dari pertigaan jalan masuk tadi, ada
persimpang tiga lagi. Kami turun dari taksi dan berjalan kaki menelusuri
satu per satu rumah di sekitar itu sembari mencari – cari warga yang
dapat diminta informasinya mengenai rumah keluarga Widjiatno, ayah
kandung mantan walikota Solo, Joko Widodo.
Sasaran atau target utama tim investigasi adalah warga Tirtoyoso yang
berusia di atas 50 tahun, yang potensial merupakan bekas teman
sepermainan Jokowi dan atau mengenal persis siapa dan bagaimana Jokowi
sewaktu belia. Melalui penjaga warung kecil di depan salah satu rumah
warga, kami mendapat informasi rumah lama keluarga Widjiatno persis di
belakang salah satu rumah warga yang saat itu terlihat ramai karena
sedang berlangsung acara ibadah kebaktian Minggu. Kami segera mendatangi
rumah warga yang hanya berjarak 30 meter dari warung kecil itu.
Kebetulan acara ibadah Kebaktian Minggu sudah selesai dan suasana di
dalam rumah terdengar riuh dengan suara tawa dan perbincangan jamamaah.
Setelah mengucapkan salam dan menyapa sebagian tamu yang duduk di teras
depan rumah itu, kami dipersilahkan masuk ke halaman rumah dan
dipersilahkan dengan hangat duduk di teras oleh tuan rumah, seorang ibu
lewat paruh baya yang berusia sekitar 50 tahun. Setelah berbasa basi
sebentar, kami bertanya tentang lokasi rumah Pak Widjiatno, ayah kandung
Gubernur DKI Jakarta, yang sekarang sedang mencalonkan diri jadi
presiden Indonesia.
Dari keterangan Ibu Soenarso, tuan rumah acara kebaktian itu, kami
mendapatkan informasi bahwa rumah keluarga Joko Widodo persis berada di
belakang rumahnya. Sisi belakang rumah keluarga Sunarso itu berdempetan
dengan sisi belakang rumah keluarga Widjiatno yang menghadap ke jalan
besar atau jalan raya Ahmad Yani.
Menurut Bu Sunarso dan para tamu yang hadir di rumah itu, keluarga
Widjiatno sudah cukup lama tidak menempati rumah miliknya karena sudah
pindah ke daerah Sumber, yang berlokasi cukup jauh, sekitar 4 kilometer
dari rumah pertama mereka. Rumah keluarga almarhum Widjiatno itu
sekarang dihuni oleh orang lain yang diduga masih merupakan kerabat dan
ditugaskan khusus untuk menjaga rumah itu.
Salah seorang tamu di rumah Keluarga Soenarso, yang bernama Pak
Wiyono mengaku mengenal baik almarhum Widjiatno, ayah kandung Jokowi.
Pak Wiyono yang berusia 78 tahun itu adalah tetangga dekat eyang atau
kakek kandung Jokowi yang merupakan lurah di Kragan, Karanganyar,
Surakarta.
Dari keterangan Wiyono, tim mendapat informasi bahwa kakek Jokowi
dijuluki “Lurah Dongkol” karena menjabat sebagai lurah selama puluhan
tahun dan tidak pernah diganti hingga meninggal dunia. Wiyono mengenal
baik ayah kandung Jokowi hingga sekitar tahun 1980an. Dia jarang bertemu
ayah kandung Jokowi itu sejak Widjiatno pindah dari rumah ayahnya di
Kragan, ke rumah barunya di Tirtoyoso, Manahan Solo.
Tim investigasi sayangnya tidak bisa lama berbincang dengan Pak
Wiyono karena terus didesak oleh Bu Soenarso untuk segera menjumpai Pak
Margono, mantan ketua RT 03 yang sejak tahun 1990 hingga sekarang
menjabat selaku ketua RW 14, Tirtoyoso, Manahan, Banjarsari, Surakarta.
Menurut Bu Soenarso, Pak Margono adalah orang yang paling tahu dan
mengenal keluarga Widjiatno dan Jokowi karena sejak tahun 1977, Margono
sudah menjadi warga RT 03 dan menjabat Ketua RT sejak tahun 1983.
Pak Margono, sesepuh warga Tirtoyoso, mantan ketua RT 03/14 dan
sekarang menjabat ketua RW 14 Tirtoyoso, Manahan, Banjarsari, Surakarta.
Setiba di depan rumah tinggal Pak Margono, tim mengucapkan salam dan
menyerukan nama Pak Margono. Rumah berpagar besi cat hijau itu terlihat
sepi. Pintu pagar tergembok, namun pintu dan jendela rumahnya terbuka,
menandakan ada penghuni di dalamnya.
Sekitar dua menit menunggu, muncul keluar seorang tua dengan senyum
ramah mempersilahkan masuk sembari bergegas membuka gembok pagar rumah.
Kami pun kemudian masuk dan dipersilahkan duduk di kursi di teras rumah
Ketua RW itu. Pak Margono menjelaskan rumahnya terlihat sepi karena anak
– anaknya sudah berkeluarga dan pindah ke kota lain.
Setelah memperkenalkan diri, tim mulai bertanya dan mengorek
informasi tentang keluarga almarhum Widjiatno dan fakta – fakta seputar
kehidupan Joko Widodo alias Jokowi.
Pak Margono menjelaskan bahwa tim kami ini adalah tamu kedua yang
mendatangi rumahnya dan bertanya – tanya tentang keluarga besar Jokowi.
Sebelum kami, Pak Margono dikunjungi wartawan dari Solopos. Beliau
menyatakan keheranannya kenapa informasi atau berita yang beredar
tentang diri Jokowi dan keluarganya sama sekali berbeda dengan kenyataan
sebenarnya.
Pak Margono adalah pensiunan guru PNS. Dia dan keluarga pindah,
menjadi warga RT 03/RW 014 Tirtoyoso, Manahan, Banjarsari, Surakarta
(Solo) sejak tahun 1977. Dia mengenal baik hampir semua warganya,
termasuk Jokowi yang terakhir datang ke rumahnya sekitar setahun lalu
dalam rangka meminta surat pengantar Ketua RW untuk suatu keperluar
Gibran Rakabuming, anak tertua Jokowi.
Tim investigasi memulai pertanyaan dengan meminta konfirmasi apakah
benar rumah di Jalan Ahmad Yani, persis di depan pool bus Damri adalah
rumah alm Widjiatno, ayah kandung Joko Widodo. Pak Margono membenarkan
informasi itu dan menegaskan bahwa hingga sekarang ini, rumah itu tetap
masih merupakan rumah milik keluarga besar Joko Widodo.
Ketua RW 14 Manahan Solo itu, membantah jika disebutkan rumah alm
Widjiatno itu telan dijual. Menurutnya, jika rumah itu sudah dijual,
tentu sebagai Ketua RW, pihaknya mengetahui secara pasti. Mengingat
setiap transaksi jual beli rumah harus melampirkan surat keterangan dari
Ketua RW setempat. Menurut beliau, rumah bekas kediaman keluarga Jokowi
itu sekarang ditempati oleh orang lain, diduga masih merupakan kerabat
keluarga Jokowi.
Pak Margono menegaskan bahwa Joko Widodo tidak pernah memiliki nama
kecil Mulyono atau Mulyatno. Dari dulu nama Joko Widodo adalah Joko
Widodo, biasa dipanggil Mas Joko.
Mengenai agama Joko Widodo dan keluarganya, sesuai catatan RT dan RW
serta KTP yang diterbitkan kelurahan Manahan, kecamatan Banjarsari,
Surakarta, agama Joko Widodo adalah Islam. Meski begitu, Pak Margono
mengaku seumur hidupnya selama tinggal di Tirtoyoso, Manahan, Joko
Widodo tidak pernah terlihatnya mengerjakan Shalat sebagaimana lazimnya
umat islam.
Keterangan Margono dan tetangga Jokowi itu menjawab pertanyaan besar
mengenai agama Jokowi selama ini. Jokowi beragama Islam tapi dipastikan
baru akhir – akhir ini dia mengerjakan shalat. Terbukti dengan
ketidakpahaman Jokowi mengenai tata cara bersuci (berwudhu) dan tata
cara shalat berjamaah.
Ayah Jokowi bernama Widjiatno dan Ibunya bernama Sudjiatmi berasal
berasal dari desa Giroroto, Boyolali, sekitar 12 kilometer dari Solo dan
Klaten, yang dikenal dengan nama daerah segitiga Solo – Boyolali –
Klaten. Sejarahwan menyebut daerah itu sebagai pusat atau basis gerakan
Partai Komunis Indonesia (PKI) di era 1960an. Apakah ini sebabnya Jokowi
selalu rahasiakan asal usul kedua orang tuanya ? Wallahualam bissawab.
Ketika sedang kampanye pilkada DKI Jakarta tahun 2012 lalu, Jokowi
sempat diberitakan berbagai media salah dalam melaksanakan wudhu ketika
hendak shalat Jumat di sebuah mesjid kelurahan Menteng Dalam, Tebet,
Jakarta Selatan, di mana setelah membasuh muka, Jokowi langsung membasuh
kaki.
Demikian juga ketika Jokowi menjadi imam dalam shalat zuhur
berjamaah, Jokowi menjaharkan (mengeraskan suara) ketika membaca surat
al fatihah. Disangkanya, adab shalat zuhur sama dengan shalat Jumat.
Sebuah pernyataan menggelikan juga dilontarkan Jokowi ketika diminta
untuk jadi imam shalat berjamaah bersama Jusuf Kalla minggu lalu. Jokowi
yang diminta jadi imam oleh Jusuf Kalla, menjawab, ” Saya kira Pak JK
tadi berwudhu”. Pernyataan Jokowi itu sempat membingungkan JK dan orang –
orang yang mendengarnya. Terbukti juga Jokowi ketika menjadi shalat
salah dalam membaca surat alfatihah. Jokowi memang diajar kilat untuk
bisa mengerjakan shalat oleh seorang ustad. Kursus kilat shalat ini
dilakukan Jokowi pertama kalinya saat mengikuti pilgud DKI Jakarta.
Seusai pilgub, kursus berhenti dan baru dimulai lagi saat mengikuti
pilpres. Belajar shalat hanya untuk kepentingan pencitraan dan untuk
menyamar jadi seorang islam yang sebenarnya.
Menurut para tetangga, warga RT 03/14 Tirtoyoso, Jokowi atau Mas Joko
juga sangat jarang bergaul dengan tetangga atau bermain dengan teman –
teman sebayanya di sekitar rumah tinggalnya. Joko tidak pernah ikut
terlibat dalam kegiatan remaja, Karang Taruna dan kegiatan – kegiatan
sosial kemasyarakatan lainnya di kawasan Tirtoyoso, Manahan.
Ketika ditanya pendapat beliau, kenapa atau apa kira – kira yang
menjadi alasan Joko enggan bergaul dengan tetangga sekitarnya, Pak
Margono menjawab dirinya tidak tahu persis.
“Saya tidak tahu persis kenapa. Setahu saya, Joko itu anak rumahan.
Kegiatan masa remaja mas Joko hanya di rumah dan sekolah. Joko lebih
sering terlihat bermain – main dengan adik – adinya yang semuanya
wanita,” jelas Margono kepada tim investigasi pada hari Minggu 25 Mei
2014 lalu.
Mengenai tudingan bahwa Joko Widodo itu keturunan cina, dibantah oleh
Pak Margono. “Itu tidak benar. Almarhum Widjiatno atau sekarang disebut
orang sudah diganti dengan nama panggilan Noto Mihardjo adalah pribumi
asli. Wong Jowo kok. Eyang Kakung (eyang laki – laki) Joko itu lurah
Kragan, Karanganyar. Ga mungkin jadi lurah tempo dulu kalau beliau itu
cina,” tegas Pak Margono. Dia heran tak habis pikir kok ada tudingan
Jokowi dan keluarganya adalah keturunan cina. Penelusuran tim
investigasi membuktikan bahwa isu Jokowi adalah keturunan cina sengaja
ditiupkan kubu Jokowi untuk mengalihkan isu mengenai siapa sebenarnya
Jokowi, sekaligus untuk meraih simpati publik seolah – olah Jokowi
dizalimi dengan fitnah keji.
Latar belakang Jokowi yang diberitakan miskin atau dari keluarga
tidak mampu, juga dipertanyakan Pak Margono. Mantan guru ini tidak
mengerti kenapa bisa muncul berita itu. Ayah Joko Widodo bernama
Widjiatno termasuk pengusaha meubel yang sukses, meski pada saat itu
belum sesukses Jokowi ketika mengambilalih dan mengelola usaha
peninggalan ayahnya. Sedangkan ayahnya menekuni profesi tukang kayu
berawal dari keluarga istrinya (ibu Jokowi) yang berprofesi tukang kayu
di Giriroto Boyolali sebagai usaha keluarga turun temurun.
Dengan lancar dan yakin, Pak Margono menerangkan bahwa Widjiatno yang
dikenalnya baik itu masih hidup atau belum meninggal dunia ketika
Jokowi menikah dengan Iriana. Pak Margono bahkan menjelaskan dirinya
sempat berfoto bareng bersama Pak Widjiatno ketika pesta perkawinan Joko
Widodo – Iriana dilangsungkan. Sayangnya, ketika tim investigasi
meminta diperlihatkan foto tersebut, Pak Margono yang sudah berusaha
mencarinya, gagal menemukan foto itu. Ternyata, album foto – foto
perkawinan Joko Widodo yang diselenggarakan secara cukup mewah pada
jamannya itu, terbawa oleh putra Pak Margono yang sekarang tinggal di
Tegal, Jawa Tengah. Beliau berjanji akan memintanya kembali agar dapat
diperlihatkan ketika kami mampir lagi ketika melakukan investigasi tahap
kedua.
Rasa penasaran terhadap latar belakang kehidupan Jokowi membawa
langkah tim investigasi menuju lokasi pabrik PT. Rakabu Sejahtra yang
didirikan Jokowi pada tahun 2009 bersama Jenderal Purn. Luhut Binsar
Panjaitan.
Dari data yang ditemukan, Luhut dan Jokowi sepakat mendirikan
perusahaan bersama di mana Jokowi menjadi pemegang saham mayoritas
sebesar 51% dengan setoran modal Rp 16,19 miliar atas nama anaknya
Gibran Rakabuming yang saat itu baru berusia 20 tahun. Sedangkan Luhut
tercatat sebagai pemegang saham minoritas sebesar 49% dengan setoran
modal Rp 15,5 miliar pada PT Rakabu Sejahtra. Kemitraan usaha Jokowi dan
Luhut Panjaitan ini selalu disembunyikan atau dirahasiakan mereka dari
publik. Bahkan Luhut Panjaitan pada awalnya selalu menyembunyikan
hubungan antara dirinya dengan Jokowi. Nama PT Rakabu Sejahtera
merupakan gabungan nama PT Rakabu Furniture milik Jokowi dan PT Toba
Sejahtra milik Luhut Panjaitan.
PT Rakabu Sejahtra memiliki pabrik yang berlokasi di Solo, Jawa
Tengah. PT. Toba Sejahtra memiliki saham minoritas dalam pabrik yang
memproduksi berbagai furnitur olahan kayu dalam bentuk rangka pintu,
lantai, dan lain-lainya ini. Produk-produk tersebut banyak dijual untuk
pasar ekspor. Pabrik dan gudang PT Rakabu ini tercatat dua kali terbakar
pada tahun 2012 lalu. Kebakaran pertama pada tanggap 26 Juli 2012
dengan kerugian sekitar Rp 400 juta dan kebakaran kedua pada tanggal 12
September 2012 dengan kerugian ditaksir Rp 80 juta. Masing – masing
penyebab kebakaran tersebut hingga kini masih misterius. Namun, yang
pasti kedua kebakaran itu terjadi saat putaran pertama dan putaran kedua
pilgub DKI Jakarta 2012 lalu.
Tak pelak lagi, Luhut Panjaitan adalah tokoh yang selama ini menjadi
mentor dan pembimbing Jokowi. Sesuai dengan tulisan yang pernah
dipublikasikan majalah DETIK pada tahun 2012 lalu, Luhut adalah orang
yang membujuk Jokowi agar bersedia mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI
Jakarta.
Berdasarkan informasi yang kami terima, sudah sejak lebih 3 tahun
tahun lalu Jokowi dipersiapkan sejumlah jenderal yang bergabung di PT
Toba Bara Sejahtera, perusahaan yang didirikan Luhut dan sejumlah
pensiunan jenderal, untuk digadang – gadang menjadi Gubernur DKI Jakarta
dan Presiden RI.
Untuk memuluskan rencana itu, Luhut meminta anggota Tim Begawan,
lembaga kajian bentukan Luhut, untuk melakukan survei terkait wacana
pengusungan Jokowi sebagai cagub di Pilkada DKI Jakarta. Ternyata,
Jokowi mendapat dukungan berarti dari responden.
Luhut diketahui sering mengundang Jokowi datang ke lantai 17 gedung
Wisma Bakrie 2 Jalan HR Rasuna Said yang merupakan kantor PT Toba Bara
Sejahtera, perusahaan yang didirikan Luhut bersama beberapa pensiunan
jenderal TNI. Dalam setiang kesempatan datang ke kantor Luhut, mereka
berdiskusi dengan para pensiunan jenderal kolega Luhut, antara lain Jend
(Purn) Fachrul Razi mantan Wakil Panglima TNI , mantan Sekjen Dephan
Jend (Purn) Jhoni Lumintang, mantan Kodiklat TNI Letjen TNI (Purn)
Sumardi, Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Mayjen TNI
(Purn) Zaenal Abidin, mantan Ka BAIS Mayjen (Purn) Ansyori Tadjudin.
Jadi sebenarnya, Jokowi ini sudah lama dipersiapkan menjadi ‘proxy’
sejumlah mantan jenderal yang ingin berkuasa melalui Jokowi.
Bagaimana keterlibatan James Riady, Edward dan Edwin Suryawidjaja,
Hartono, Antony Salim, Tommy Winata dan hampir seluruh konglomerat
tionghoa, serta peran strategis Stanley Berhard Greenberg sang ahli
pollster dan konsultan politik nomor satu dunia dalam pemenangan Jokowi
pada pilkada DKI Jakarta dan dukungan penuh mereka terhadap Jokowi
sebagai capres pilpres 2014.
Benang merah keterlibatan Robert Budi Hartono (pemilik grup usaha
Bank BCA dan Rokok Djarum, keluarga terkaya No. 1 di Indonesia versi
majalah Forbes) dan keluarganya (Viktor, Martin dan Armand Hartono)
dalam mendukung Joko Widodo menjadi capres boneka terlihat jelas pada
kolusi antara Jokowi dengan salah satu perusahaan PT Loka Niaga
Adipermata (salah satu perusahaan milik keluarga Hartono) di proyek
pengadaan reklame Videotron Manahan, Solo, pada tahun 2008 lalu.
Surat dari PT Loka Niaga Adipermata (LNA) kepad Walikota Solo Joko
Widod pada tanggal 15 Desember 2008 tentang permohonan kesediaan LNA
mengikuti lelang proyek Reklame Videotron langsung diberi disposisi oleh
Jokowi untuk segera dijawab dan diberi atensi khusus oleh Kadispenda
Solo Budi Suharta. Dan pada tanggal 19 Desember 2008, Kadispenda Solo
mengirim surat balasan kepada LNA perihal Rekomendasi Untuk LNA
didaftarkan sebagai Peserta Lelang Terdaftar pada Pemerintah Kota Solo.
Kolusi Jokowi dan Hartono (LNA) itu menghasilkan keputusan LNA
sebagai satu – satunya peserta lelang VIDEOTRON dan dinyatakan sebagai
pemenang lelang, dengan melanggar semua aturan perundang – undangan yang
berlaku.
Bukti kedua keterlibatan keluarga Hartono dalam penggalangan dukungan
terhadap Jokowi sebagai presiden boneka, terlihat pada saat Pilkada
gubernur DKI Jakarta di mana staf Hartono di Bank BCA yaitu Kevin Wu
bersama Benny Chandra Ketua Persatuan Tionghoa Indonesia, Lia Angraeni
utusan Antoni Salim (Indofood / Salim Grup), Jhonny Liem Ketua Asosiasi
Pengusaha Elektronik Indonesia, Hermawi Taslim, Rudi Hartono dan sekitar
50 pengusaha cina Indonesia, pada 15 September 2012 berkumpul di Panini
Cafe, Kuningan, Jakarta Selatan dalam rangka penggalangan dana tambahan
untuk pemenangan Jokowi pada Pilkada Gubernur DKI Jakarta.
Pertemuan ini adalah pertemuan ketiga, setelah sebelumnya mereka juga
berkumpul dan telah mengumpulkan uang ratusan miliar rupiah untuk
membantu pemenangan Jokowi.
- Muchtar Riady, James Riady, John Riady (Keluarga besar Riady)
Keterlibatan keluarga besar Riady pendiri dan pemilik Grup Lippo dan
Grup First Media pada rencana menjadikan Joko Widodo sebagai capres
boneka berawal dari permintaan Luhut Panjaitan cs kepada James Riady
untuk mempertimbangkan Jokowi sebagai calon presiden yang dapat didukung
karena profil Jokowi sangat sempurna dalam memperjuangkan kepentingan
mereka terkait pengembangan bisnis, politik dan agama (kristen) di
Indonesia. Jokowi yang tidak memiliki nasionalisme dan patriotisme akan
mudah dijadikan boneka bagi para konglomerat dan mafia cina.
Peran James Riady sangat penting karena status James Riady sebagai agen
intelijen China (sama seperti Ayahnya : Muchtar Riady), dan sekaligus
merupakan teman karib Bill Clinton (mantan presiden AS) serta anggota
paguyuban elit Arkansas Connection, di mana Bill dan Hilary Clinton
sebagai tokoh utamanya di samping beberapa elit politik AS, seperti John
Kerry (Menlu AS), Rahm Emmanuel (Kepala Staf Gedung Putih) Stanley
Berhard Greenberg (konsultan politik nomor 1 dunia) dan lain lain
sebagai anggota Arkansas Connection.
Keberhasilan Luhut Panjaitan dan Hendropriono menarik James Riady
menjadi pendukung utama Jokowi memberikan kekuatan yang luar biasa untuk
mewujudkan tujuan mereka : Jokowi sebagai capres boneka.
Melalui James Riady, Stanley Bernhard Greenberg dapat dilibatkan
menjadi konsultan politik Jokowi. Greenberg adalah konsultan politik,
ahli strategi dan pollster nomor wahid dunia. Berkat polesan Greenberg,
Jokowi dapat diorbitkan menjadi ‘tokoh hebat’ dengan merekayasa sejumlah
pemberitaan tentang Jokowi di jaringan media internasional dan
memanipulasi aneka ragam penghargaan – penghargaan fiktif untuk Jokowi.
Greenberg merancang dan mengatur skenario untuk menciptakan persepsi
publik bahwa Jokowi adalah tokoh hebat luar biasa dalam waktu singkat.
Pembuatan film berjudul Sukarno dan Jokowi juga dimaksudkan untuk
membangun pencitraan hebat tentang diri Jokowi, dan sebaliknya
menghancurkan citra Bung Karno. Di film Sukarno, digambarkan Bung Karno
seperti seorang mata keranjang, play boy dan berjiwa lemah. Jokowi
direkayasa agar muncul dan mencuat menjadi ikon politik baru
menggantikan Bung Karno.
Mengenai biaya untuk pencitraan dan popularitas palsu Jokowi, para
konglomerat cina Indonesia termasuk para konglomerat koruptor BLBI dan
buronan Pemerintah RI. Konglomerat – konglomerat koruptor BLBI di
Singapura telah menyumbang untuk pemenangan pilkada DKI sebesar US$ 50
juta (Rp 600 miliar) dalam dua tahap. Dilanjutkan pengumpulan dana besar
– besaran untuk mendukung pemenangan Jokowi dalam pilpres 2014.
Luhut Panjaitan cs juga berhasil menarik keluarga Suryawidjaya (mantan
orang terkaya nomor 2 di Indonesia) untuk bergabung bersama mereka
mendukung capres boneka Jokowi. Keberhasilan ini sangat berarti karena
ada jaminan logistik (uang, jaringan bisnis dan media.
Tidak kalah penting adalah bergabungnya Sang Taipan, Toako (Kakak
Besar) para konglomerat cina Indonesia yakni Antoni Salim (putra Liem
Sioe Liong, Salim Grup, mantan konglomerat terkaya Nomor 1 di
Indonesia).
Sinergi hampir seluruh kekuatan politik dan bisnis komunitas cina
Indonesia membuat Jokowi saat itu dijuluki “unstoppable man”. ini juga
yang akhirnya, dengan bantuan James Riady agen intelijen China,
mengantarkan PDIP bekerjasama dengan Partai Komunis China (PKC) melalui
program studi banding ke China dalam rangka belajar dan merevitalisasi
ideologi komunis dan persiapan pendirian sekolah partai di Indonesia.
Puluhan elit PDIP belajar ke PKC China dalam tiga gelombang tahapan,
sebelum akhirnya dihentikan karena terbongkar ke publik dan mendapat
banyak kecaman dari rakyat Indonesia yang anti Komunis.
Kolaborasi komunitas cina Indonesia kemudian menjadi hampir sempurna
ketika kelompok bisnis dan jaringan Tommy Winata juga bergabung dengan
komunitas cina ini, mendukung rencana besar konspirasi global menjadikan
Joko Widodo sebagai capres boneka mereka di Indonesia.
Unsur – unsur yang bersatu dalam konspirasi global untuk menguasai
Indonesia, selain PKC China, arkansas connection, juga terdapat China
Connection Dunia yang menyatakan mendukung rencana Jokowi jadi presiden
boneka. Salah satunya, adalah Thaksin Shinawarta mantan PM Thailand yang
juga konglomerat keturunan cina terkaya di Thailand yang menyatakan
dukungan kepada Jokowi melalui mantan penasihat politiknya Liem Siok Lan
atau Justani, mantan aktivis ITB dan istri mayjen purn Suarip Kadi yang
juga diketahui terkoneksi dengan CIA.
cukup sekian ya teman. semoga bermanfaat!!!!