DEMI WAKTU
Akhir-akhir ini sikap pacarku Bryan
mulai berbeda. Sekarang dia jarang panggil aku “pusss..,,” sebuah panggilan
sayang yang dia berikan untukku. Setiap aku berontak dengan sikapnya, dia
selalu bilang “aku begini adanya”.
Aku selalu sabar menghadapinya, aku juga selalu berpikir positif. “ya,,,ya,, mungkin dia lagi sibuk dengan berbagai kegiatan seni yang dia ikuti, jadi dia ngga ada waktu buat aku.” Itulah yang selalu aku katakan pada diriku sendiri.
Namun hatiku masih saja gelisah. Pikiranku selalu saja menghantuiku dan berpikiran negatif tentang Bryan.
Saat di sekolah aku menemui teman Bryan yang bernama Lutfi. Aku bilang sama dia “lutfi tolong kamu bilang sama Bryan jangan cuekin aku kayak gini, aku pengen Bryan yang dulu, bukan Bryan yang sekarang.”
“udah,,,!!! Putusin saja Bryan, sekarang dia udah suka sama cewek lain.”kata Lutfi padaku.
Aku kaget,sama sekali ngga percaya sama apa yang dikatakan Lutfi. Aku buru-buru nyamperin Bryan.
“Kamu tega ya sama aku,,,!!! Aku tahu sekarang kenapa sikapmu dingin sama aku, ternyata kamu punya cewek lain!!” (bercucuran air mata).
“Ngomong apa sih kamu? Kamu kan tau sikapku kadang-kadang memang cuek, kamu juga tau kenapa aku begitu. Katanya dulu kamu bisa menerima semua sikapku.” (menatapku tajam).
“Aku ngerti kamu itu sering sibuk, aku juga bisa menerima semua itu. Udahlah,, Yang aku butuh sekarang cuma kejujuran darimu... Cuma itu saja!!!”
“Kamu ingin aku jujur tentang apa?”
“Tentang apa yang dikatakan temenmu itu bener apa ngga??”
“Itu semua ngga ada buktinya, kenapa kamu percaya? Yang penting aku ngga pernah menghianati cintamu.”(mendekat dan meraih tanganku).
Dia selalu saja punya seribu kata yang bisa membuatku luluh dan percaya dengannya. Kini hatiku sedikit tenang.
Tiga bulan kemudian ada suatu hal yang membuatku terkejut.
ada cewek yang nginbox aku di FB. Dia bilang “Mbak, Bryan apa masih ada hubungan sama pacarnya yang dulu?”
“Maksudmu apa?”
“Yach... dia apa masih ada hubungan sama pacarnya?”
“Aku ngga ngerti maksud kamu apa?”
“Kamu mantannya Bryan iya mbak?” tanyanya lagi.
“Mantannya gimana maksud kamu,,???? Orang aku masih pacarnya!!! Kamu siapa sih,,kok ngomongnya ngawur??”
“Owch,,, maaf kalo masih pacarnya, aku pacarnya Bryan.”
“Pacarnya Bryan?” tanyaku keheranan.
“Iya kenapa?”
Ketika aku mendengar pengakuan cewek itu, dadaku terasa sesak, denyut nadiku terasa terhenti,jantungku terasa tak berdetak, air mataku tak tertahankan lagi, aku tak tau apa yang aku rasakan saat ini. Sungguh aku tak pernah menyangka kamu tega menduakan cintaku.
Mungkin cinta kita memang harus berakhir. Aku sudah menganggap kita udah putus. Setiap dia sms aku ngga pernah membalas. Setiap aku curhat sama temen-temenku aku pasti menangis.
Seminggu kemudian nenek Bryan meninggal dunia. Aku sama temanku ngga sengaja lewat depan rumah neneknya. Aku ketemu sama temen Bryan namanya Anom. Aku berhenti sebentar dan bilang sama Anom “Anom,,, bilang ke Bryan ya, aku turut berduka.”
“Bilang saja langsung, dia didalam.”
“Ngga bisa, aku buru-buru nich....” (berlalu)
Sore hari Bryan sms aku, “Nikita makasih ya sudah datang ke rumah nenek aku. Aku minta maaf atas semua kesalahanku sama kamu.”
“Iya.” Balasku
Esok harinya di sekolah dia menemuiku.
“Nik, aku minta maaf ya.”
“Iya aku sudah maafin kamu kok,tapi kenapa kamu ngga pernah jujur sama aku? Kalau kamu sudah bosen sama aku seharusnya kamu bilang!”
“Aku itu ngga pernah bosen, coba kamu dengerin lagunya ungu judulnya demi waktu.” Tuturnya.
“Aku ngga punya lagu itu.” Tegasku.
“Dengerin ya nik...
aku yang tak pernah bisa lupakan dirinya
yang kini hadir diantara kita
namunku juga takkan bisa menepis bayangmu
yang selama ini temani hidupku
maafkan aku menduakan cintamu
berat rasa hatiku tinggalkan dirinya
dan demi waktu yang bergilir disampingmu
maafkanlah diriku sepenuh hatimu
seandainya bila ku bisa memilih
kalau saja waktu itu
ku tak jumpa dirinya
mungkin semua takkan seperti ini
dirimu dan dirinya kini ada dihatiku
membawa aku dalam kehancuran.”
Mendengar dia menyanyi air mataku mengalir. Dia berhenti menyanyi dan menghapus air mataku. Aku sedih sekarang kita cuma teman. Kini cinta kita memang benar-benar telah berakhir.
Aku selalu sabar menghadapinya, aku juga selalu berpikir positif. “ya,,,ya,, mungkin dia lagi sibuk dengan berbagai kegiatan seni yang dia ikuti, jadi dia ngga ada waktu buat aku.” Itulah yang selalu aku katakan pada diriku sendiri.
Namun hatiku masih saja gelisah. Pikiranku selalu saja menghantuiku dan berpikiran negatif tentang Bryan.
Saat di sekolah aku menemui teman Bryan yang bernama Lutfi. Aku bilang sama dia “lutfi tolong kamu bilang sama Bryan jangan cuekin aku kayak gini, aku pengen Bryan yang dulu, bukan Bryan yang sekarang.”
“udah,,,!!! Putusin saja Bryan, sekarang dia udah suka sama cewek lain.”kata Lutfi padaku.
Aku kaget,sama sekali ngga percaya sama apa yang dikatakan Lutfi. Aku buru-buru nyamperin Bryan.
“Kamu tega ya sama aku,,,!!! Aku tahu sekarang kenapa sikapmu dingin sama aku, ternyata kamu punya cewek lain!!” (bercucuran air mata).
“Ngomong apa sih kamu? Kamu kan tau sikapku kadang-kadang memang cuek, kamu juga tau kenapa aku begitu. Katanya dulu kamu bisa menerima semua sikapku.” (menatapku tajam).
“Aku ngerti kamu itu sering sibuk, aku juga bisa menerima semua itu. Udahlah,, Yang aku butuh sekarang cuma kejujuran darimu... Cuma itu saja!!!”
“Kamu ingin aku jujur tentang apa?”
“Tentang apa yang dikatakan temenmu itu bener apa ngga??”
“Itu semua ngga ada buktinya, kenapa kamu percaya? Yang penting aku ngga pernah menghianati cintamu.”(mendekat dan meraih tanganku).
Dia selalu saja punya seribu kata yang bisa membuatku luluh dan percaya dengannya. Kini hatiku sedikit tenang.
Tiga bulan kemudian ada suatu hal yang membuatku terkejut.
ada cewek yang nginbox aku di FB. Dia bilang “Mbak, Bryan apa masih ada hubungan sama pacarnya yang dulu?”
“Maksudmu apa?”
“Yach... dia apa masih ada hubungan sama pacarnya?”
“Aku ngga ngerti maksud kamu apa?”
“Kamu mantannya Bryan iya mbak?” tanyanya lagi.
“Mantannya gimana maksud kamu,,???? Orang aku masih pacarnya!!! Kamu siapa sih,,kok ngomongnya ngawur??”
“Owch,,, maaf kalo masih pacarnya, aku pacarnya Bryan.”
“Pacarnya Bryan?” tanyaku keheranan.
“Iya kenapa?”
Ketika aku mendengar pengakuan cewek itu, dadaku terasa sesak, denyut nadiku terasa terhenti,jantungku terasa tak berdetak, air mataku tak tertahankan lagi, aku tak tau apa yang aku rasakan saat ini. Sungguh aku tak pernah menyangka kamu tega menduakan cintaku.
Mungkin cinta kita memang harus berakhir. Aku sudah menganggap kita udah putus. Setiap dia sms aku ngga pernah membalas. Setiap aku curhat sama temen-temenku aku pasti menangis.
Seminggu kemudian nenek Bryan meninggal dunia. Aku sama temanku ngga sengaja lewat depan rumah neneknya. Aku ketemu sama temen Bryan namanya Anom. Aku berhenti sebentar dan bilang sama Anom “Anom,,, bilang ke Bryan ya, aku turut berduka.”
“Bilang saja langsung, dia didalam.”
“Ngga bisa, aku buru-buru nich....” (berlalu)
Sore hari Bryan sms aku, “Nikita makasih ya sudah datang ke rumah nenek aku. Aku minta maaf atas semua kesalahanku sama kamu.”
“Iya.” Balasku
Esok harinya di sekolah dia menemuiku.
“Nik, aku minta maaf ya.”
“Iya aku sudah maafin kamu kok,tapi kenapa kamu ngga pernah jujur sama aku? Kalau kamu sudah bosen sama aku seharusnya kamu bilang!”
“Aku itu ngga pernah bosen, coba kamu dengerin lagunya ungu judulnya demi waktu.” Tuturnya.
“Aku ngga punya lagu itu.” Tegasku.
“Dengerin ya nik...
aku yang tak pernah bisa lupakan dirinya
yang kini hadir diantara kita
namunku juga takkan bisa menepis bayangmu
yang selama ini temani hidupku
maafkan aku menduakan cintamu
berat rasa hatiku tinggalkan dirinya
dan demi waktu yang bergilir disampingmu
maafkanlah diriku sepenuh hatimu
seandainya bila ku bisa memilih
kalau saja waktu itu
ku tak jumpa dirinya
mungkin semua takkan seperti ini
dirimu dan dirinya kini ada dihatiku
membawa aku dalam kehancuran.”
Mendengar dia menyanyi air mataku mengalir. Dia berhenti menyanyi dan menghapus air mataku. Aku sedih sekarang kita cuma teman. Kini cinta kita memang benar-benar telah berakhir.
0 komentar:
Posting Komentar